PERBANDINGAN MODE CHIPER ELECTRONIC CODE BOOK DAN CHIPER BLOCK CHAINING DALAM PENGAMANAN DATA

KATA PENGANTAR
            Puji syukur kita ucapkan kepada tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Hya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan mata kuliah Sistem Berkas Dan Keamanan Data, dengan baik dan tepat waktu.
            Penulisan laporan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang di berikan oleh dosen mata kuliah Sistem Berkas Dan Keamanan Data, Bapak  Disadari bahwa Makalah ini masih kurang sempurna. Untuk itu diharapkan berbagai masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaanya.
Semoga Makalah ini bermanfaat.

Makassar, ….……..20…
Penulis





DARTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 3
A.   Latar Belakang................................................................................... 4
BAB II ALGORITMA KRIPTOGRAFI MODERN......................................... 6
A.   Algoritma kriptografi modern.......................................................... 6
B.   Blok chiper......................................................................................... 6
C.   Perbandingan model ECB dan CBC............................................. 8
a.    Mode Electronic code book (ECB).......................................... 8
b.    Mode Chiper Block Chaining (EBC)........................................ 12
D.   Kelemahan dan Kekurangan Mode ECB..................................... 16
a.    Kelebihan Mode ECB................................................................ 16
b.    Kelemahan Mode ECB.............................................................. 16
E.   Kelemahan dan Kelebihan Mode CBC......................................... 17
a.    Kelebihan Mode CBC................................................................ 17
b.    Kelemahan Mode CBC.............................................................. 17
BAB III PENUTUP........................................................................................... 19
SARAN.............................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... …… 20  




BAB I
PENDAHULUAN
Dalam masalah keamanan data, ilmu kriptografi sangat penting untuk dikembangkan dan di terapkan.setiap data haruslah dienkripsi dan dapat didekripsi denagn baik sehingga keamanan data lebih terjamin. Blok Cipher pada kriptografi dalam perkembangannya dikelompokkan menjadi beberapa jenis mode yang dapat menyimpan data dengan melalui proses matematik dan penyandian terstruktur serta pembagian ke dalam sub bagian blok blok tertentu dalam suatu bit biner (Brumley 2010). Pada cipher blok, rangkaian bit-bit plainteks dibagi menjadi blok-blok bit dengan panjang sama, biasanya 64 bit (tapi adakalanya lebih). Algoritma enkripsi menghasilkan blok cipherteks yang pada kebanyakan sistem kriptografi simetri  berukuran sama dengan blok plainteks 
Dengan blok cipher, blok plainteks yang sama akan dienkripsi menjadi blok cipherteks yang sama bila digunakan kunci yang sama pula. Ini berbeda dengan cipher aliran dimana bit-bit plainteks yang sama akan dienkripsi menjadi bit-bit cipherteks yang berbeda setiap kali dienkripsi. Dalam makalah ini akan diperbandingkan algoritma kriptografi blok cipher antara mode ECB dan CBC berikut tentang kelemahan dan keunggulan masing masing algoritma tersebut. 

A.   Latar Belakang
Penerapan suatu blok cipher membutuhkan proses yang panjang dalam penyandiannya.Penyandiannya sendiri baik mode ECB maupun CBC memiliki struktur blok yang terbagi bagi kedalam sub sub bagian, dimana tiap bagian memiliki proses dan algoritma penyelesaianan tersendiri berdasarkan bit bit pesan yang akan di enkripsi (Thomas,2006) Bit bit pesan yang akan dienkripsi biasanya terdiri dari 64 bit ,dengan demikian pada blok cipher bit tersebut terbagi menjadi beberapa bagian yang dilanjutkan dengan proses algoritma sesuai alur yang ada pada blok cipher. (Schneier,1994) Algoritma blok cipher tersebut menggabungkan beberapa teknik kriptografi modern  dalam proses enkripsi. Dengan kata lain, cipher blok dapat diacu sebagai superenkripsi. Teknik kriptografi modern yang digunakan adalah:
a.    Substitusi.
Teknik ini mengganti satu atau sekumpulan bit pada blok plainteks tanpa mengubah urutannya. Secara matematis, teknik substitusi ini ditulis sebagai  ci = E(pi), i = 1, 2, … (urutan bit)         (1) yang dalam hal ini ci adalah bit cipherteks, pi adalah bit plainteks, dan f adalah fungsi substitusi. Dalam praktek, E dinyatakan sebagai fungsi matematis atau dapat merupakan tabel susbtitusi (S-box).
b.    Transposisi atau permutasi
Teknik ini memindahkan posisi bit pada blok plainteks berdasarkan aturan tertentu. Secara matematis, teknik transposisi ini ditulis sebagai C = PM                               (2) yang dalam hal ini C adalah blok cipherteks, P adalah blok plainteks, dan M adalah fungsi transposisi. Dalam praktek, M dinyatakan sebagai tabel atau matriks permutasi.
c.    Ekspansi
Teknik ini memperbanyak jumlah bit pada blok plainteks berdasarkan aturan tertentu, misalnya dari 32 bit menjadi 48 bit. Dalam praktek, aturan eskpansi dinyatakan dengan table
d.    Kompresi
Teknik ini kebalikan dari ekspansi, di mana jumlah bit pada blok plainteks diciutkan berdasarkan aturan tertentu. Dalam praktek, aturan kompresi dinyatakan dengan table (Lubbe.2004) Keempat teknik ini digunakan secara bersama sama untuk melakukan penyandian data pada blok cipher.





BAB II
Algoritma kriptografi modern
A.   Algoritma kriptografi modern
Algoritma kriptografi modern umumnya beroperasi dalam mode bit ketimbang mode karakter (seperti yang dilakukan pada chiper subtitusi atau chiper transposisi dari algoritma kriptografi modern) (Brumley 2010). Operasi dalam mode bit berarti semua data dan informasi, baik kunci, plainteks, ataupun chiperteks, dinyatakan dalam rangkaian (string) bit biner, 0 dan 1. Algoritma enkripsi dan dekripsi memroses semua data dan informasi dalam rangkaian bit. Rangkaian bit yang menyatakan plainteks dienkripsi menjadi chiperteks dalam bentuk rangkaian bit, demikian sebaliknya.  
B.     Blok Chiper
Dalam proses enkripsi atau dekripsi yang memiliki kunci simetri (Algoritma kunci simetri yang merupakan salah satu kategori dari algoritma kriptografi modern mengacu pada metode enkripsi yang dalam hal ini baik pengirim maupun penerima memiliki kunci yang sama.), pemrosesan dapat dilakukan dengan dua metode, Cipher aliran (stream cipher) dan Cipher blok (block cipher).  Pada metode cipher blok, proses enkripsi maupun dekripsi dilakukan terhadap sekelompok blok yang terdiri dari sejumlah bit. Panjang bit sudah diketahui sebelumnya dan disesuaikan dengan panjang kunci, biasanya 64 bit atau lebih.  Algoritma enkripsi menghasilkan blok cipherteks yang berukuran sama dengan blok plainteks .  Dekripsi dilakukan dengan cara yang serupa seperti enkripsi.  Misalkan blok plainteks (P) yang berukuran m bit dinyatakan sebagai vektor 
P = (p1, p2, ..., pm)                      (3)
yang dalam hal ini pi adalah bit 0 atau bit 1 untuk i = 1, 2, …, m, dan blok cipherteks (C) adalah  C = (c1, c2, ..., cm)                       (4) yang dalam hal ini ci adalah bit 0 atau bit 1 untuk i = 1, 2, …, m.  Bila plainteks dibagi menjadi n buah blok, barisan blok-blok plainteks dinyatakan sebagai  
(P1, P2, …, Pn)                          (5)
Untuk setiap blok plainteks Pi, bit-bit penyusunnya dapat dinyatakan sebagai vektor 
Pi = (pi1, pi2, ..., pim)                 (6)
Enkripsi dengan kunci K dinyatakan dengan persamaan 
Ek(P) = C                                  (7)
sedangkan dekripsi dengan kunci K dinyatakan dengan persamaan  
Dk(C) = P                              (8)
Gambar 1 Blok Chiper

C.   Perbandingan Mode ECB dan CBC
a.  Mode Electronic Code Book (ECB)
Enkripsi dan dekripsi yang sifatnya acak ini sangat cocok diimplementasikan dengan algoritma block chiper mode ECB (Electronic Code Book), dengan syarat setiap record terdiri dari sejumlah blok diskrit yang sama banyaknya. Mode ECB cocok untuk mengenkripsi file yang diakses secara acak karena tiap blok plaintext dienkripsi secara independen. Bahkan jika mode ECB dikerjakan dengan prosesor paralel, maka setiap prosesor dapat melakukan enkripsi atau dekripsi blok plainteks yang berbedabeda (Rijmen. 1999) ECB yang akan digunakan untuk mengenkripsi atau mendekripsi data adalah ECB yang telah dimodifikasi agar blok chiperteks yang dihasilkan tidak sama meskipun mengenkripsi plainteks yang sama. Hal ini untuk menghindari bagian plainteks yang sering berulang, yang menjadi salah satu kelemahan mode ECB.  Pada mode ini, setiap blok plainteks dienkripsi secara individual dan independen.  Secara matematis, enkripsi dengan mode ECB dinyatakan sebagai  Ci = EK(Pi)                    (9) dan dekripsi sebagai 
Pi = DK(Ci)                       (10) 
yang dalam hal ini, Pi dan Ci masing-masing blok plainteks dan cipherteks ke-i.
Gambar 2 memperlihatkan enkripsi dua buah blok plainteks, P1 dan P2 dengan mode ECB, yang dalam hal ini E menyatakan fungsi enkripsi yang melakukan enkripsi terhadap blok plainteks dengan menggunakan kunci K.  
Gambar 2. Skema enkripsi dan dekripsi dengan mode ECB

Gambar 3 Blok chiper mode ECB
Misalkan plainteks (dalam biner) adalah 
10100010001110101001
Bagi plainteks menjadi blok-blok yang berukuran 4 bit: 
1010  0010  0011  1010  1001
atau  dalam notasi HEX adalah A23A9.  
Misalkan kunci (K) yang digunakan adalah (panjangnya juga 4 bit) 
1011
atau dalam notasi HEX adalah B.   Misalkan fungsi enkripsi E yang sederhana (tetapi lemah)  adalah dengan meng-XOR-kan blok plainteks Pi dengan K, kemudian geser secara wrapping bit-bit dari
Pi K satu posisi ke kiri. 
Proses enkripsi untuk setiap blok digambarkan sebagai berikut: 
1010  0010  0011  1010  1001    1011  1011  1011   1011   1011                                              XOR:  0001  1001  1000  0001  0010     Geser:  0010  0011  0001  0010  0100  Dalam notasi HEX: 23124 
Jadi, hasil enkripsi plainteks  
10100010001110101001 (A23A9 dalam notasi HEX) 
adalah 
00100011000100100100 (23124 dalam notasi HEX)  Catatlah bahwa blok plainteks yang sama selalu dienkripsi menjadi blok cipherteks yang sama (atau identik). Pada contoh 1 di atas, blok 1010 muncul dua kali dan selalu dienkripsi menjadi 0010. Kata “code book” di dalam ECB muncul dari fakta bahwa karena blok plainteks yang sama selalu dienkripsi menjadi blok cipherteks yang sama, maka secara teoritis dimungkinkan membuat buku kode plainteks dan cipherteks yang berkoresponden (Rijmen. 1999) Namun, semakin besar ukuran blok, semakin besar pula ukuran buku kodenya. Misalkan jika blok berukuran  64 bit, maka buku kode terdiri dari 264 – 1 buah kode (entry), yang berarti terlalu besar untuk disimpan. Lagipula, setiap kunci mempunyai buku kode yang berbeda.   Padding Ada kemungkinan panjang plainteks tidak habis dibagi dengan panjang ukuran blok yang ditetapkan (misalnya 64 bit atau lainnya). Hal ini mengakibatkan blok terakhir berukuran lebih pendek daripada blok-blok lainnya.   (Lubbe.2004) Satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan  padding, yaitu menambahkan blok terakhir dengan pola bit yang teratur agar panjangnya sama dengan ukuran blok yang ditetapkan. Misalnya ditambahkan bit 0 semua, atau bit 1 semua, atau bit 0 dan bit 1 berselang-seling.  
Misalkan ukuran blok adalah 64 bit (8 byte) dan blok terakhir terdiri dari 24 bit (3 byte). Tambahkan blok terakhir dengan 40 bit (5 byte) agar menjadi 64 bit, misalnya dengan menambahkan 4 buah byte 0 dan satu buah byte angka 5. Setelah dekripsi, hapus 5 byte terakhir dari blok dekripsi terakhir. 
b.  Mode Cipher Block Chaining (CBC)
Mode ini menerapkan mekanisme umpan-balik (feedback) pada sebuah blok, yang dalam hal ini hasil enkripsi blok sebelumnya di-umpan-balikkan ke dalam enkripsi blok yang current.  Caranya, blok plainteks yang current di-XOR-kan terlebih dahulu dengan blok cipherteks hasil enkripsi sebelumnya, selanjutnya hasil peng-XOR-an ini masuk ke dalam fungsi enkripsi.  Dengan mode CBC, setiap blok cipherteks bergantung tidak hanya pada blok plainteksnya tetapi juga pada seluruh blok plainteks sebelumnya.   Dekripsi dilakukan dengan memasukkan blok cipherteks yang current ke fungsi dekripsi, kemudian meng-XOR-kan hasilnya dengan blok cipherteks sebelumnya. Dalam hal ini, blok cipherteks sebelumnya berfungsi sebagai umpan-maju (feedforward) pada akhir proses dekripsi. Gambar 5 memperlihatkan skema mode operasi CBC.  
Gambar 5   Skema enkripsi dan dekripsi dengan mode CBC
Secara matematis, enkripsi dengan mode CBC dinyatakan sebagai 
Ci = EK(Pi Ci – 1)              (11) 
dan dekripsi sebagai 
Pi = DK(Ci) Ci – 1                  (12) 
Blok plainteks pertama menggunakan C0 sebagai vektor awal (initialization vector atau IV). IV tidak perlu rahasia.Blok-blok plainteks yang identic dienkripsi menjadi blok-blok cipherteks yang berbeda hanya jika blok-blok plainteksnya sebelumnya berbeda.  Jika blok-blok plainteks sebelumnya ada yang sama, maka ada kemungkinan cipherteksnya sama. Untuk  mencegah hal ini, maka digunakan IV yang merupakan data acak sebagai blok pertama. IV tidak mempunyai makna, ia hanya diguanakan untuk membuat tiap blok cipherteks menjadi unik.  
Tinjau kembali painteks (dalam biner) pada pesan sebelumnya didapat 
10100010001110101001 
Bagi plainteks menjadi blok-blok yang berukuran 4 bit: 
1010  0010  0011  1010  1001 
atau  dalam notasi HEX adalah A23A9.  
Misalkan kunci (K) yang digunakan adalah (panjangnya juga 4 bit) 
 1011 
atau dalam notasi HEX adalah B. Sedangkan IV yang digunakan seluruhnya bit 0 (Jadi, C0 = 0000) 
Misalkan fungsi enkripsi E yang sederhana (tetapi lemah)  adalah dengan meng-XORkan blok plainteks Pi dengan K, kemudian geser secara wrapping bit-bit dari Pi K satu posisi ke kiri.   C1 diperoleh sebagai berikut: 
P1 C0 = 1010 0000 = 1010 
Enkripsikan hasil ini dengan fungsi E sbb: 
1010 K = 1010 1011 = 0001 
Geser (wrapping) hasil ini satu bit ke kiri: 0010 
Jadi, C1 = 0010   (atau 2 dalam HEX) 
C2 diperoleh sebagai berikut: P2 C1 = 0010 0010 = 0000  0000 K = 0000 1011 = 1011 Geser (wrapping) hasil ini satu bit ke kiri: 0111  Jadi, C2 = 0111   (atau 7 dalam HEX) 
C3 diperoleh sebagai berikut: P3 C2 = 0011 0111 = 0100  0100 K = 0100 1011 = 1111 Geser (wrapping) hasil ini satu bit ke kiri: 1111 Jadi, C2 = 1111   (atau F dalam HEX) 
Demikian seterusnya, sehingga plainteks dan cipherteks hasilnya adalah: 
Pesan (plainteks):   A23A9 Cipherteks (mode ECB): 23124 Cipherteks (mode CBC): 27FBF 
Terlihat bahwa dengan menggunakan mode CBC, blok plainteks yang sama (A dalam HEX) dienkripsikan menjadi dua blok cipherteks yang berbeda (masing-masing 2 dan B). Bandingkan dengan mode EBC yang menghasilkan blok cipherteks yang sama (2 dalam HEX) untuk dua buah blok yang sama (A). Dengan kata lain, pada mode CBC, tidak ada korelasi antara posisi blok plainteks yang sams dengan posisi blok cipherteksnya


D.   Kelemahan dan kelebihan Mode ECB
a.    Kelebihan Mode ECB
Karena tiap blok plainteks dienkripsi secara independen, maka kita tidak perlu mengenkripsi file secara linear. Kita dapat mengenkripsi 5 blok pertama, kemudian blokblok di akhir, dan  kembali ke blok-blok di tengah dan seterusnya. Mode ECB cocok untuk mengenkripsi arsip (file) yang diakses secara acak, misalnya arsip-arsip basis data. Jika basisdata dienkripsi dengan mode ECB, maka sembarang record dapat dienkripsi atau didekripsi secara independen dari record lainnya (dengan asumsi setiap record terdiri dari sejumlah blok diskrit yang sama banyaknya) (Brumley 2010). Jika mode ECB dikerjakan dengan prosesor paralel (multiple processor), maka setiap prosesor dapat melakukan enkripsi atau dekripsi blok plainteks yang berbedabeda. Jika satu atau lebih bit pada blok cipherteks mengalami kesalahan, maka kesalahan ini hanya mempengaruhi cipherteks yang bersangkutan pada waktu dekripsi. Blok-blok cipherteks lainnya bila didekripsi tidak terpengaruh oleh kesalahan bit cipherteks tersebut
b.    Kelemahan Mode ECB
Karena bagian plainteks sering berulang (sehingga terdapat blok-blok plainteks yang sama), maka hasil enkripsinya menghasilkan blok cipherteks yang sama (lihat Contoh 1). Bagian plainteks yang sering berulang misalnya kata-kata seperti (dalam Bahasa Indonesia) dan, yang, ini, itu, dan sebagainya.  Di dalam e-mail, pesan sering mengandung bagian yang redundan seperti string 0 atau spasi yang panjang, yang bila dienkripsi maka akan menghasilkan polapola cipherteks yang mudah dipecahkan dengan serangan yang berbasis statistik (menggunakan frekuensi kemunculan blok cipherteks).   Selain itu, e-mail mempunyai struktur yang teratur yang menimbulkan polapola yang khas dalam cipherteksnya. 
E.   Kelemahan dan kelebihan Mode CBC
a.    kelebihan Mode CBC
Pesan menjadi jauh lebih aman untuk dideteksi kuncinya karena kunci tiap blok berbeda beda tergantung dari plaintext sebelumnya
b.    Kelemahan Mode CBC
Karena blok cipherteks mempengaruhi blok-blok berikutnya, pihak lawan dapat menambahkan blok cipherteks tambahan pada akhir pesan terenkripsi tanpa terdeteksi. Ini akan menghasilkan blok plainteks tambahan pada waktu dekripsi. Pesan moral untuk masalah ini, pengirim pesan seharusnya menstrukturkan plainteksnya sehingga ia mengetahui di mana ujung pesan dan dapat mendeteksi adanya blok tambahan. Pihak lawan dapat mengubah cipherteks, misalnya mengubah sebuah bit pada suatu blok cipherteks. Tetapi hal ini hanya mempengaruhi blok plainteks hasil dekripsinya dan satu bit kesalahan pada posisi plainteks berikutnya.  















BAB III
PENUTUP
A.   Kesimpulan
Dari pembahasan diatas didapatkan bahwa masing masing dari mode blok chiper tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan masing masing.Kita dapat dengan bijak menentukan algoritma kriptografi yang tepatuntuk menyandikan pesan kita, mode ECB meneyediakan algoritma yang lebih sederhana denga kemampuan dekripsi dan enkripsi yang tepat dan tepat tetapi memiliki kelemahan jika nilai kuncinya diketaui maka pesan tersebut dapat terbongkar. Sedangkan pada mode CBC prosesnya jauh lebih rumit dan membutuhkan penanganan matematik lebih dari mode ECB namun demikian keamanan data dapat tersimpan lebih rahasia karena bit bit yang etrenkripsi bukandari plain text langsung melainkan dari bit bit yang telah terenkripsi sebelumnya. Kedua mode tersebut menjadi beberapa pilihan dari algoritma kriptografi modern yang telah dikembangkan bertahun tahun.sebagai algoritma penyandian data kedua mode blok chiper tersebut menjadi suatu  pilihan yang menarik untuk penyandian data.  



DAFTAR PUSTAKA
1.    Billy Bob Brumley and Kimmo U. Ja¨ rvinen.2010” Conversion Algorithms and Implementations for Koblitz Curve Cryptography”.IEEE TRANS. ON DEPENDABLE AND SECURE COMPUTING, V. Rijmen. 1999.”Chipper Block”.
2.    K.Cartrysse and J.C.A. van der Lubbe.1994 ”Basic methods of cryptography”
3.    B.Schneier,   Applied   Cryptography, John Wiley & Sons, New York, 
4.    Baigneres,Thomas and Serge Vaudenay ,2006 “AClassical Introduction to Cryptography: Exercise Book”  

5.    http://infokriptografi.com  www.ilmu-komputer.net   

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "PERBANDINGAN MODE CHIPER ELECTRONIC CODE BOOK DAN CHIPER BLOCK CHAINING DALAM PENGAMANAN DATA"

Posting Komentar